RENUNGAN :SELAMAT DATANG HARI SABAT

>> Friday, April 05, 2013

Enam hari telah kita jalani.  Hari-hari bekerja telah kita lalui dengan segala jenis kegiatan yang membuat pikiran, tubuh dan rohani kita menjadi capek.  Apakah kita terus membebani diri kita dengan bekerja terus tanpa istirahat?

Tubuh manusia bagaikan pakaian atau mobil atau sebuah perabot yang bila dipakai terus menerus akan membuat barang itu menjadi rusak.  Untunglah ketika Tuhan menciptakan dunia ini, Ia juga menyediakan satu hari penuh agar manusia beristirahat. “Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu.” (Kejadian 2:3)
Allah mengetahui bahwa ciptaaNya yang paling mulia itu bisa capek kalau terus-terusan bekerja.  Itulah sebabnya Ia memberikan perintah agar pada hari ketujuh manusia harus berhenti dari segala pekerjaan (Keluaran 20:8-10).   Pada hari itu segala ketegangan pekerjaan harus ditinggalkan.  Satu hari penuh sejak mata hari terbenam hingga mata hari terbenam adalah waktu untuk berhenti sebagimana Allah sendiri berhenti pada hari ketujuh.
Pembaca yang dikasihi Yesus, laju kehidupan modern melahirkan tingkat ketegangan tertentu bagi hampir semua orang.  Hampir tak satupun orang luput dari stres. Persoalan-persoalan hidup membuat sistim kelenjar tubuh bekerja melakukan fungsinya diluar batas.  Ketegangan atau stres panjang memaksa kelenjar adrenalin bekerja keras bahkan hingga kehabisan. Ini memerlukan waktu untuk memulihkan kembali fungsinya agar bekerja dengan  normal. Tuhan telah menyediakan satu hari bagi umatNya untuk memulihkan tubuhnya.  Tuhan menyisihkan hari ketujuh sebagai hari dimana ciptaanNya yang Ia kasihi bisa menikmati hidup ini dengan penuh arti.  Ia mau agar hari yang Ia berkati itu digunakan sebagai hari untuk menyegarkan kembali baik tubuh maupun rohani umat-umatNya.
Keteraturan dalam bekerja dan beristirahat dapat memperbaiki tubuh berfungsi normal.  Enam hari dalam satu minggu digunakan untuk bekerja.  Mungkin saja seseorang menanggung beban pikiran yang begitu berat sepanjang enam hari itu, ia memikul tanggung jawab pekerjaan yang begitu besar.  Bisa saja persoalan-persoalan besar terjadi sepanjang enam hari kerjanya.   Namun, ada hari khusus yaitu hari yang dikuduskan oleh Allah diberikan kepada semua orang untuk melepaskan beban-beban itu  bersama Penciptanya.
Saudara Pembaca yang dikasihi Yesus.  Dikisahkan dalam Injil Lukas bahwa pada satu hari Sabat Yesus bersama murid-muridNya berjalan di ladang gandum. ( “Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-muridNya memetik gandum dan memakannya sementara mereka menggisarnya dengan tangannya”. Lukas 6:1 ).  Kisa ini menjelaskan bahwa mereka berjalan di ladang dalam satu perjalanan dari suatu tempat menuju suatu tempat.  Kisah ini tidak menjelaskan bahwa Yesus sedang menanam gandum atau membersihkan ladang  gandum.  Yesus dan murid-muridNya ditentang oleh seorang Farisi karena menurutnya Yesus dan murid-muridNya berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.   Untuk menjawab orang Farisi itu Yesus memberikan contoh kisah Daud dan orang-orang yang mengikutinya dalam sebuah perjalanan mereka kelaparan dalam perjalanan itu. Daud bersama orang-orang yang mengikutinya dalam satu tugas suci menjalankan perintah raja.  Imam memberikan roti kudus kepada mereka karena hanya itu yang ada. (I Samuel 6:3-4).
Pembaca yang dikasihi Yesus,  Yesus bersama murid-muridNya pada hari Sabat itu sedang menjalankan tugas suci.  Melawat orang sakit atau mengunjungi orang dalam penjara adalah kemungkinan besar yang mereka lakukan.  Dalam perjalanan jauh “berjalan kaki” itu, sudah pasti Yesus dan murid-muridNya kelaparan. Mereka tidak membawa makanan, bagi Yesus, membawa bekal dalam perjalanan tugas suci tidaklah penting.  Tetapi dalam perjalanan suci itu murid-muridNya perlu makan karena kelaparan.  Akhirnya mereka “memetik“ gandum dan memakannya.  Orang Farisi menyoroti Yesus dan murid-muridNya karena “memetik” menurutnya adalah bekerja namun orang Farisi itu tidak menyoroti perjalanan sebagai sebuah pekerjaan karena ia tahu perjalanan yang mereka lakukan pada hari Sabat itu adalah perjalanan suci.
Apa bila  saudara telah melakukan tugas sepanjang enam hari kerja, beban tugas yang berat yang mungkin dialami sepanjang enam hari, saudara capek karena tugas terlalu banyak, ketegangan pikiran mungkin saja saudara alami sepanjang minggu bekerja. Tubuh dan rohani saudara perlu disegarkan kembali.  Tinggalkan semuah itu dan terimalah hari perhentian hari yang dikuduskan oleh Allah yakni hari Sabat.  Selamat Datang Hari Sabat.

0 comments:

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP